Makalah Sistem Pengendalian Manajemen


 

Pusat Pertanggungjawaban, Pusat Investasi, dan Transfer Penetapan Harga


Pusat Pertanggung Jawaban 

Pengertian

Pusat Pertanggungjawaban adalah bagian-bagian yang memiliki tugas untuk tujuan menjalankan perusahaan.

Kinerja pusat pertanggungjawaban diukur dengan dua kriteria :

1.      Efisiensi, merupakan rasio (perbandingan) antara input dengan output.

2.      Efektivitas, merupakan rasio (perbandingan) antara output dengan input.


Karakteristik Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban melakukan kegiatan untuk mencapai satu atau tujuan lebih yang disebut objective. Organisasi secara keseluruhan mempunyai goal dan manajer senior yang menetapkan strategi untuk mencapai goal. Objective berbagai pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi membantu implementasi strategi. Karena organisasi merupakan sekumpulan pusat pertanggungjawaban, maka apabilal setiap pusat pertanggungjawaban mencapai objective-nya, maka goal organisasi akan tercapai.

Pusat pertanggungjawaban menerima masukan atau input, dalam bentuk bahan baku, tenaga kerja, dan jasa. Dengan menggunakan modal kerja (contohnya persediaan dan piutang), peralatan, perlengkapan pabrik, dan asset lainnya, pusat pertanggungjawaban melakukan kegiatan untuk mengubah input menjadi output baik dalam bentuk barang atau jasa. Hasil atau output tersebut kemudian diserahkan ke pusat pertanggungjawaban yang lain (sebagai input pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan) atau pusat pertanggungjawaban melemparnya ke pasar sebagai output organisasi secara keseluruhan.

Tipe-tipe Pusat Pertanggungjawaban

1.      Pusat Pendapatan

Pusat pendapatan adalah pusat pertanggung jawaban dimana pimpinannya bertanggung jawab atas pendapatan. Contoh : menentukan harga jual dan biaya – biaya yang secara tidak langsung bisa relevan atau tidak sama sekali.

Aktivitas pemasaran pada pusat pendapatan :

a.       Order – Getting

Yaitu upaya untuk memikat pasar dan pengendaliannya memalui budget. Contoh : iklan, promosi, dan mencari order.

b.      Order – Filling

Yaitu kegiatan kasat mata yang sifatnya berulang. Contoh : packaging, pengiriman, dan administrasi yang berhubungan dengan pemasaran atau penjualan.

 

2.      Pusat Biaya

Karakteristik pusat biaya :

a.       Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang tidak terkait dengan perolehan pendapatan atau laba.

b.      Diberi wewenang untuk mengatur  biaya dalam rangka melaksanakan pekerjaan yang menjadi tugasnya.

c.       Prestasinya diukur berdasarkan perbandingan yang dianggarkan dengan realisasinya.

Macam-macam pusat biaya :

a.       Pusat Biaya Teknik

Yaitu pusat biaya yang sebagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik yang erat dengan output yang dihasilkan.

b.      Pusat Biaya Kebijakan

Yaitu pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak mempunyai hubungan fisik yang erat dengan output yang dihasilkan.

 

3.      Pusat Laba

Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dimana kinerja finansialnya diukur dalam ruang lingkup laba, yaitu selisih antara pendapatan dan pengeluaran. Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan pihak manajemen senior dapat menggunakan satu indikator yang komprehensif dibandingkan harus menggunakan beberapa indikator.

Manfaat pusat laba :

a.      Keputusan operasional dapat dilakukan dengan cepat

b.      Kualitas cenderung lebih baik

c.       Manajemen kantor pusat bebas dari urusan operasional rutin dan bisa lebih fokus pada keputusan yang lebih luas

d.      Kesadaran laba lebih meningkat pada manajer pusat laba

e.      Pengukuran prestasi pusat laba lebih luas

f.        Manajer pusat laba lebih berkreasi

g.      Dapat difungsikan sebagai pusat atau sarana pelatihan yang handal

h.      Memudahkan kantor pusat untuk memperoleh informasi profitabilitas dan produk-produk perusahaan

i.        Untuk meningkatkan kinerja bersaing karena outputnyan siap pakai dan sangat responsif terhadap tekanan

Kelemahan pusat laba :

a.      Manajemen kantor pusat kehilangan kendali mengenai keputusan yang telah telah didelegasikan

b.      Manajer pusat laba cenderung hanya memperhatikan laba jangka pendek

c.       Organisasi yang pada awalnya bekerja sama antara fungsi satu dengan lainya menjadi bersaing

d.      Terdapat kemungkinanpeningkatan perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan

e.      Tidak ada yang menjamin setiap divisi pada masing-masing pusat laba akan menjamin peningkatan laba perusahaan menjadi lebih optimal

f.        Kualitas pengambilan keputusan oleh manajer puncak mungkin akan lebih baik daripada manajer divisi

g.      Menimbulkan terjadinya tambahan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan manajerial divisi

h.      Kompetensi general manajer seringkali menjadi tidak diperlukan

Bentuk pusat laba :

a.       Unit Bisnis (Divisi) sebagai Pusat Laba

Manajernya bertanggungjawab dan mempunyai kebijakan serta kendali terhadap pengembangan produk, proses produksi, dan pemasaran serta perolehan produk, sehingga ia dapat mempengaruhi pendapatan dan biaya yang berakibat terhadap laba bersihnya. Proses tersebut menciptakan unit usaha yang bertanggungjawab terhadap manufaktur dan pemasaran suatu produk.

b.      Unit Fungsional sebagai Pusat Laba

Pada perusahaan multibisnis setiap unit diperlakukan sebagai penghasil laba yang independen, tetapi bisa saja terorganisasi dalam bentuk fungsional. Contohnya : pemasaran, manufaktur, dan jasa.

Kondisi-kondisi dalam mendelegasikan tanggungjawab laba :

a.       Manajer harus memiliki akses ke informasi relevan yang dibutuhkan dalam       membuat keputusan serupa.

b.      Harus ada semacam cara untuk mengukur efektivitas suatu trade-off yang dibuat oleh manajer.

Langkah utama untuk membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam organisasi di mana kedua kondisi di atas terpenuhi. Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai satu pusat kesatuan rangkaian yang mulai dari pusat tanggung jawab yang sangat jelas merupakan pusat laba sampai pusat tanggug jawab yag bukan merupakan pusat laba. Manajemen harus memutuskan apakah keuntungan dari delegasi laba akan dapat menutupi kerugiannya.

 

4.      Pusat Investasi

Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang manajernya dinilai kinerjanya atas laba yang diperoleh dihubungkan dengan investasinya.

Tujuan penilaian pusat investasi :

a.       Menyediakan alat evaluasi proyek investasi masa lalu dan masa yang akan datang, baik secara individual maupun secara keseluruhan.

b.      Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer divisi dan manajer kantor pusat dan perusahaan secara keseluruhan.

c.       Memotivasi manajer divisi agar selalu memonitor aktiva utang dan modal divisi yang digunakan sebagai dasar penentuan besarnya investasi.

d.      Mengukur kinerja manajer pusat investasi dan mengukur kinerja divisi sebagai suatu entitas ekonomi.

e.       Sebagai dasar pemberian insentif pada setiap manajer pusat investasi sesuai dengan kinerja masing-masing.

Contoh investasi :

Keterangan

Divisi A

Divisi B

Laba Divisi

Rp 5.000.000

Rp 4.000.000

Investasi

Rp 50.000.000

Rp 25.000.000

Rasio Laba atas Investasi

10%

16%

Dari contoh diatas menunjukan bahwa laba absolut Divisi A lebih tinggi dibandingkan dengan laba absolut Divisi B. Namun Divisi A menggunakan investasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan Divisi B. Sehingga rasio laba investasi Divisi A lebih Rendah bila dibandingkan dengan Divisi B.

Penentu Elemen Aktiva sebagai Dasar Investasi

a.       Kas

·           Kas dimasukkan sebagai elemen investasi, pedoman penentuan besarnya kas :

-            Dalam rangka pengukuran kinerja manajer divisi, kas yang dimasukkan sebagai elemen investasi dibatasi sebesar kas yang terkendali oleh manajer divisi.

-            Kas yang dimasukkan sebagai elemen investasi adalah sebesar kas yang diperlukan oleh divisi sebagai kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri.

·           Kas yang tidak dimasukkan sebagai elemen investasi, karena jumlah kas tersebut mendekati hutang lancar (current liabilities), sehingga elemen investasi ditentukan sebesar modal kerja bersih ditambah aktiva tetap.

b.        Piutang

·           Piutang yang diperhitungkan sebagai elemen investasi adalah piutang yang dapat dikendalikan divisi.

·           Manajer divisi dapat mengendalikan piutang jika, diberi wewenang untuk menentukan syarat penjualan kredit, kebijakan piutang dan penagihan piutang.

·           Piutang yang diperhitungkan sebagai elemen investasi adalah sebesar piutang divisi sebagai suatu kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri.

·           Penentuan piutang dapat didasarkan atas piutang neto, yaitu sebesar piutang bruto dikurangi cadangan kerugian piutang.

·           Saldo piutang yang digunakan untuk menentukan investasi dapat didasarkan pada, saldo piutang pada akhir periode atau saldo piutang rata-rata.

c.         Persediaan

·           Persediaan yang diperhitungkan sebagai elemen investasi adalah persediaan yang terkendalikan divisi.

·           Manajer divisi dapat mengendalikan persediaan, jika diberi wewenang untuk menentukan syarat pembelian bahan, kebijakan persediaan, kebijakan produksi dan penjualan.

·           Persediaan yang diperhitungkan sebagai elemen investasi adalah sebesar persediaan divisi sebagai suatu kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri.

·           Penentuan persediaan dapat didasarkan atas persediaan neto, yaitu sebesar persediaan bruto dikurangi cadangan kerugian penilaian persediaan.

d.        Modal Kerja secara umum

·           Perusahaan dapat memasukkan seluruh aktiva lancar ke dalam dasar investasi dengan tidak mengeliminasi kewajiban lancar. Metode ini menyatakan terlalu tinggi jumlah modal korporat yang diperlukan untuk mendanai unit usaha, karena kewajiban lancar merupakan sumber modal.

·           Di lain pihak, seluruh kewajiban lancar dapat dikurangkan dari aktiva lancar. Metode ini dapat menyediakan ukuran yang baik atas modal yang disediakan oleh perusahaan, untuk mana perusahaan mengharapkan agar unit usaha memperoleh pengembalian.

e.         Aktiva Tetap

·           Aktiva tetap yang diperhitungkan sebagai elemen divisi adalah aktiva tetap yang terkendalikan divisi.

·           Manajer divisi dapat mengendalikan aktiva tetap divisinya jika, diberi wewenang untuk menetapkan keputusan pengadaan aktiva tetap, syarat-syarat pengadaan aktiva tetap dan kebijakan aktiva tetap.

·           Aktiva tetap yang diperhitungkan sebagai elemen investasi adalah sebesar aktiva tetap divisi sebagai suatu kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri. Oleh karena itu aktiva tetap divisi yang tidak terkendalikan oleh manajer divisi tersebut harus dimasukkan sebagai elemen investasi.

Tujuan Pengukuran Kinerja Pusat Investasi :

a.        Manajer divisi dapat menghasilkan laba yang memuaskan atas investasi

b.        Manajer divisi hanya melakukan investasi tambahan jika investasi tersebut dapat menghasilkan laba yang memuaskan dibandingkan dengan investasinya.


ROI (Return On Investment)

·         Pengukur kinerja pusat investasi dengan menentukan besarnya rasio laba dengan investasinya.

·         Jika ROI yang diharapkan dari suatu divisi besarnya 18% per tahun, maka kinerja divisi dinilai baik jika ROI sesungguhnya tercapai minimal sebesar 18%, jika tidak tercapai maka kinerja divisi dinilai tidak baik.

Cara menghitung ROI

ROI = Rasio laba terhadap penjualan x Perputaran investasi

      Laba                  x           Penjualan              x 100%

  Penjualan                           Investasi

 

 Laba (EAT)            x             100%

   Investasi

 

Contoh soal perhitungan ROI

Jika investasi sebesar Rp 10.000.000 menghasilkan penjualan sebesar Rp 15.000.000, berarti diperoleh laba sebesar Rp 5.000.000.

Maka perhitungan ROI dalam presentase :

 (Rp 15.000.000 – Rp 10.000.000)   = 50%

       (Rp 10.000.000 x 100%)

Maka dapat disimpulkan tingkat ROI sebesar 50%

 

Usaha meningkatkan ROI

a)      Mengurangi biaya sehingga laba dapat ditingkatkan

b)      Meningkatkan penjualan yang dapat meningkatkan laba

c)      Meningkatkan rasio laba terhadap penjualan

d)     Menurunkan investasi divisi

Keuntungan ROI

a)      Metode pengukuran yang obyektif, didasarkan pada data akuntansi yang tersedia

b)      Pengukuran yang komprehensif dimana semua mempengaruhi laporan keuangan tercermin dari rasio ROI

c)      Memungkinkan pembandingan kinerja antar divisi meskipun skala kegiatan usaha divisi dan bidang bisnisnya berbeda

d)     Mendorong terciptanya keselarasan tujuan divisi dengan tujuan perusahaan

e)      Besarnya ROI dapat digunakan sebagai pembanding dengan persentase biaya modal yang ada di pasar modal

f)       Sebagai alat untuk mendeteksi kemungkinan aktiva yang terlalu besar

g)      ROI mudah dihitung, dipahami dan sangat berarti dalam pengertian absolut

 

Kelemahan ROI

a)      Terlalu menyederhanakan masalah pengukuran, karena hanya menggunakan rasio tunggal

b)      Besarnya ROI yang diharapkan dapat berbeda untuk divisi yang menggunakan investasi yang sebanding

c)      Terlalu mendasarkan pada laba akuntansi, padahal pengukuran kinerja divisi terutama untuk pihak dalam organisasi

d)     Mudah menimbulkan konflik antara tujuan divisi dengan tujuan divisi lain

e)      ROI hanya mengukur salah satu keberhasilan pencapaian tujuan, yaitu tujuan yang bersifat keuangan

 

Penentu Harga Transfer

Harga transfer (transfer pricing) adalah harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan unit penjual (selling division) dan unit divisi pembeli (buying divison). Pada penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.

Harga transfer yang terjadi antar unit harus mencapai tujuan :

a)      Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.

b)      Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita perusahaan yaitu meningkatkan laba unit usaha namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan.

c)      Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha secara individual.

d)     Mudah dimengerti dan dikelola sebagai suatu sistem penentuan harga.

 

Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena melibatkan dua unit yaitu unit pembeli dan unit penjual. Harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting.

 

Penentuan Harga Transfer

Dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan menentukan harga, secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan salah satu pihak yang terlibat, selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus diperhatikan agar tujuan manajemen sesuai dengan tujuan perusahaan.

Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun hal tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan yang menetapkan prinsip ini.

 

Metode-metode penentuan harga transfer :

1.      Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)

Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya.

2.      Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)

Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan.

3.      Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)

Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga transfer yang diinginkan.

Kelebihan harga transfer :

-       Melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi.

-       Manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba potensial atas transfer dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11539306/SPM_Pusat_Pertanggungjawaban

https://zurinasyahrinsalmah.blogspot.com/2019/07/makalah-sistem-pengendalian-manajemen.html

 


Post a Comment

Previous Post Next Post